6.5.09

DUH, SI DIA MASIH SUKA KELUYURAN

Narasumber : (Noverita K. Waldan)

KOMPAS.com — Saat masih pacaran, Anda dan pasangan selalu kompak. Semua teman Anda mengenal pasangan, begitu pun sebaliknya. Anda juga kerap hang out atau dugem bersama. Namun, kekompakan Anda dan pasangan perlahan mulai memudar. Pasalnya, setelah menikah, Anda ingin suami lebih sering berada di rumah daripada menghabiskan lebih banyak waktunya untuk hang out bersama teman-temannya.

Sejatinya, pernikahan adalah lembaga formal yang mengikat dua individu untuk hidup bersama. Namun, jangan berharap setelah pernikahan berlangsung segala sesuatunya akan terus seiring sejalan, tanpa menimbulkan perbedaan. Justru perbedaan akan makin terlihat, yang kadang berujung dengan pertengkaran.

“Meskipun banyak terdapat perbedaan, tapi kalau masih ada kecocokan, sebuah pernikahan akan berjalan lancar. Misalnya, suami pendiam tapi pasangannya banyak omong. Atau, istrinya pemalu tapi pasangannya berani tampil. Ternyata pasangan ini bisa, kok, menjadi cocok,” ujar Zahrasari Lukita Dewi, Psi, MSi, yang akrab disapa Aya.

Ingat peran dan kewajiban
Masing-masing orang harus siap menerima perubahan atau perbedaan yang terjadi di awal masa pernikahan. Begitu pula dengan kebiasaan yang melekat pada diri masing-masing. Nah, bila masalahnya adalah pasangan masih suka keluyuran atau nongkrong berjam-jam lamanya dengan teman-temannya, menurut Aya, setiap pasangan haruslah mampu menyeimbangkan kehidupannya. Setiap individu punya berbagai macam peran: sebagai kepala keluarga, istri, anak, orangtua, karyawan, atau peran sosial lainnya.

Peran sosial ini terjadi ketika seseorang masuk ke dalam interaksi sosial, baik formal maupun informal. Misalnya masuk organisasi, klub, atau sekadar nongkrong bersama teman-teman. “Itu merupakan kebutuhan setiap orang. Tetapi ingat, berapa banyak, sih, kebutuhan akan itu? Sebaiknya memang seimbang dengan kebutuhan lainnya. Apalagi bila statusnya sudah berkeluarga, dalam arti punya tanggung jawab dan kewajiban untuk memenuhi kebutuhan pasangannya juga.”

Setiap pasangan, lanjut Aya, pasti memiliki kebiasaan berbeda. Ada yang senang bergaul, ada juga yang senang berdiam diri di rumah. Lalu, bagaimana mengatasi konflik ini?

Lagi-lagi dengan komunikasi, juga saling mengenal kelebihan dan kelemahan masing-masing. Memang sangat penting mengenal pribadi pasangan. Saran Aya, jangan anggap kebiasaan bergaul Si Dia sebagai masalah besar. Melainkan, mulailah mengerti kondisi pasangan dengan melihat bersama siapa saja ia selama di luar rumah. Selanjutnya, komunikasi adalah jalan yang terbaik.

Tanpa memata-matai
Lalu, kapan komunikasi yang baik dapat dilakukan? Bisa kapan saja, karena yang lebih tahu saat yang tepat adalah masing-masing pasangan. Ada yang biasa melakukannya sebelum tidur, setelah berhubungan intim, saat minum teh di sore hari, atau di mobil saat pergi atau pulang bekerja.

Cara menyampaikannya ke suami juga berbeda-beda. Ada yang melihat dulu kondisi pasangannya, emosinya, mood-nya, atau suasananya. Yang penting, jangan mengangkat itu sebagai masalah, tapi anggaplah sebagai bagian dari kehidupan masing-masing.

Misalnya dengan berkata, “Asyik banget ya, teman-teman Mas. Memang mereka bekerja di mana saja, sih, boleh enggak aku tahu?” Tunjukkan bahwa Anda juga memberi perhatian tentang teman pasangan. Atau, bisa menanyakan soal keluarga temannya. Jadikan lingkungan pasangan menjadi bagian dari diri Anda. Dan beri kesempatan lebih banyak kepada pasangan untuk menjadi dirinya, tanpa terus dibuntuti atau dimata-matai.

Saat melakukan komunikasi, jangan berharap hasilnya akan langsung baik karena tetap membutuhkan proses. Pesan Anda pun tak akan sampai bila medianya salah. Di sinilah pentingnya kepekaan dalam mengenal pasangannya. Masing-masing harus jujur, apa adanya, dan mau terus berusaha mengenal pasangan.

Agar seimbang, buat kesepakatan dengan pasangan untuk mau pergi bersama keluarga khusus di hari Sabtu dan Minggu. Jika pasangan tampak lebih memilih menghabiskan banyak waktu liburnya untuk bersama teman-temannya ketimbang keluarga, Anda baru boleh protes. Tetapi, lakukan dengan cara yang positif, dan jangan menginterogasinya.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Affiliate Network Reviews